Pelajaran Pahit di Balik Diskon Gila Honda CUV e:: Terlaris Saat Murah, Salah Harga Saat Normal?
Gambar promosi Honda CUV e: disertai penawaran “diskon besar” memberikan gambaran visual kuat tentang strategi agresif dealer dalam menarik perhatian konsumen—namun juga menyiratkan potensi ironi yang akan dibahas berikutnya.
1. Diskon Fantastis—Dari Rp54 Jutaan ke Belasan Juta
-
Di bulan Juli 2025, sejumlah dealer Honda (khususnya di Bandung) menawarkan diskon luar biasa hingga Rp41 juta, menjadikan harga CUV e: hanya Rp19 jutaan—termasuk dua baterai dan dua charger.
-
Di Jakarta Fair 2025, diskon serupa membuat harga turun dari sekitar Rp50 juta menjadi Rp20 juta.
-
Program lokal ini bahkan dikonfirmasi sebagai inisiatif dealer, bukan kebijakan AHM pusat.
2. Konsumen yang "Sebelum Diskon" Merasa Dirugikan
Seorang konsumen, Fauzhan Alde Baran, mengaku merasa kecewa setelah membeli CUV e: sebelum promo ini berjalan—ia baru membayar satu kali cicilan—sehingga merasa sangat dirugikan oleh penurunan harga drastis tersebut.
Ini mencerminkan risiko nilai investasi saat harga tiba-tiba drop besar hanya karena promo dealer.
3. Strategi Dealer: Habiskan Stok, Tingkatkan Market Share EV
Discont besar ini dimaknai sebagai upaya dealer untuk mempercepat adopsi motor listrik, di tengah pasar yang lesu tanpa kepastian subsidi pemerintah.
AHM mengakui bahwa promo adalah strategi periodik untuk memberi kesempatan konsumen membeli EV dengan harga lebih terjangkau.
Poin tambahan: di Jakarta Fair, satu diler (Wahana Makmur Sejati) sukses menjual lebih dari 300 unit motor listrik—diskon jelas memainkan peran kunci.
4. Saat Harga Kembali Normal: Kejutan Finansial Menyakitkan
-
Setelah masa promo, harga CUV e: kembali ke Rp50 jutaan ke atas untuk varian standar dan RoadSync Duo.
-
Konsumen yang membeli sebelum diskon merasakan perbedaan nilai yang signifikan—yang awalnya tampak sebagai “investasi cerdas” kini terasa seperti “ketipu harga.”
5. Ringkasan: Antara Peluang dan Risiko Konsumen
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Peluang Konsumen | Harga super miring, aksesori tambahan, dan diminatinya EV. |
Strategi Dealer | Tingkatkan penjualan cepat & adopsi EV di pasaran. |
Risiko Konsumen | Konsumen awal kecewa, nilai tukar kembali jelek setelah harga normal. |
Risiko Industri | Menciptakan persepsi harga tidak stabil, risk standardisasi pasar EV. |
Testimoni Konsumen (dari komunitas KOSMIK)
“...baru saja membeli Honda CUV e: pada Mei lalu… kini merasa dirugikan karena harga motor listrik tersebut turun drastis.”
— Fauzhan Alde Baran, GridOto
Kenapa Ini Jadi Kisah Penting?
-
Dazzle vs Reality: Diskon besar bisa jadi pemicu minat konsumtif, tapi menciptakan ketidakpastian harga untuk konsumen nyata.
-
Timing Sensitif: Jika maksudnya mendukung adopsi EV, implementasi tanpa transparansi bisa bikin konsumen hilang kepercayaan.
-
Pergeseran Nilai: Konsumen awal tidak sekadar membeli motor—mereka “berinvestasi dalam mobilitas”. Diskon mendiskreditkan investasi tersebut.
Kesimpulan & Rekomendasi
Promo adalah cara cepat menaikkan volume SPK, tapi jika tidak disertai komunikasi transparan dan perlindungan untuk pembeli awal, reputasi dan kepercayaan bisa tergerus.
Solusi yang bisa dipertimbangkan AHM dan jaringan dealer:
-
Memberikan kompensasi atau skema “moratorium harga” untuk konsumen sebelum diskon.
-
Menetapkan periode “harga aman” minimal tanpa perubahan mendadak.
-
Memberikan disclaimer dan transparansi lebih awal tentang potensi diskon besar.